Minggu, 01 Desember 2013

Konseling Kelompok

 Definisi dan Tujuan Konseling Kelompok

Pengertian konseling/terapi kelompok (dalam Yalom, 1975 dan Johana, 1994)
  • Salah satu intervensi dalam konseling
  • Lebih intensif
  • Lebih menekankan pengalaman emosi terkoreksi
  • Anggota biasanya mempunyai masalah emosi yang berat
Dr. Thantawy R, M.A. : 2005
Konseling Kelompok merupakan hubungan interpersonal yang dinamis antara konselor dan konseli dan antar konseli, interaksi dalam kelompok memungkinkan anggota kelompok untuk belajar menghadapi kenyataan hidup dan meningkatkan pengertian saling percaya, penerimaan nilai-nilai kehidupan, cita-cita, tujuan serta sikap atau tingkah laku yang digunakan oleh lingkungan sosial tertentu.

Menurut Asew, 1990
Konseling kelompok adalah sebagai suatu praktek profesional yang luas, yang mengarahkan kepada pemberian bantuan atau penyelesaian tugas-tugas dalam suatu adegan (setting) kelompok.

Tujuan umum layanan Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi atau berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif. Melalui layanan Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu, atau beku dicairkan dan didinamikkan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, penyadaran dan penjelasan; sikap yang tidak objektif, terkungkung dan tidak terkendali, serta tidak efektif digugat dan didobrak; kalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan proses berperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan yang terarah, luwes, dan luas serta dinamis kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan. Khususnya untuk layanan Konseling kelompok, selain bertujuan sebagaimana Bimbingan kelompok, juga bermaksud mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

Tujuan umum layanan adalah terentasnya masalah yang dialami klien. Dengan layanan KI beban klien diringankan, kemampuan klien ditingkatkan, potensi klien dikembangkan. Tujuan umum layanan KI adalah pengentasan masalah klien dengan demikian, fungsi pengentasan sangat dominan dalam layanan ini.

Tujuan khusus Konseling kelompok dan Bimbingan kelompok pada dasarnya terletak pada:
a. Konseling kelompok terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan layanan. Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut peserta memperoleh dua tujuan sekaligus:
1) Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap tearah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi atau berkomunikasi, dan
2) Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-individu lain peserta layanan Konseling kelompok.
b. Bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual ( hangat ) dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun non verbal ditingkatkan.

Tipe pendekatan kelompok

1. Konseling/terapi dalam kelompok
Bentuk ini adalah pendekatan individual yang dilakukan di dalam kelompok. Selama proses konseling/terapi, anggota lain hanya menjadi pengamat.
2. Konseling/terapi dengan kelompok
Biasanya ditemui dalam kelompok temu ataupun kelompok-T. Aktivitas di dalam kelompok ditentukan oleh anggota. Konselor hanya bertindak sebagai expert participant.
3. Konseling/terapi mengenai kelompok
Bentuk ini lebih menekankan pada interaksi antar anggota. Fokus pada di-sini-dan-saat ini.Bentuk kelompok ini lebih menekankan pada saling membantu, memberikan dukungan dan menunjukkan model perilaku yang sehat. Konselor selaku pemimpin bertindak sebagai pengamat luar/ outside observer, dan sebagai peserta pakar.

Beberapa contoh tujuan konseling/terapi kelompok
• Menjadi lebih terbuka dan jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
• Belajar mempercayai diri sendiri dan orang lain
• Berkembang untuk lebih menerima diri sendiri
• Belajar berkomunikasi dengan orang lain
• Belajar untuk lebih akrab dengan orang lain
• Belajar untuk bergaul dengan sesama atau lawan jenis
• Belajar untuk memberi dan menerima
• Menjadi peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain
• Meningkatkan kesadaran diri, sehingga akan merasa lebih bebas dan tegas dalam memilih
Kondisi klien yang tidak direkomendasikan
• Klien dalam keadaan kritis
• Klien sangat takut berbicara dalam kelompok
• Klien menunjukkan perilaku yang menyimpang
• Klien dalam keadaan psikotik akut
• Klien sangat agresif
• Klien sangat tidak menyadari akan perasaannya, motivasinya dan perilakunya

Faktor-faktor kuratif dalam konseling /terapi kelompok

Menurut Yalom (1975) ada 11 faktor kuratif dalam konseling/terapi kelompok, yakni :
1. Pembinaan Harapan
Harapan klien untuk berubah akan membuatnya bertahan dalam konseling. Apalagi bila ada temannya yang berhasil sebagai saksi dalam konseling.
2. Universalitas
Klien sering beranggapan bahwa dia sendiri yang memiliki masalah dan masalahnya itu unik yang orang lain tidak akan pernah memiliki. Namun ketika klien tahu berbagai masalah yang juga unik yang dihadapi oleh anggota kelompok, maka dia akan merasakan dirinya tidak sendiri, tidak terisolasi.
3. Penerangan
Penerangan bersifat didaktis yang dapat dilakukan oleh profesional atau anggota. Misal, cara belajar yang baik, cara menumbuhkan kepercayaan diri, topik kesehatan mental.
4. Altruisme
Konseling/terapi kelompok melatih anggota menerima dan memberi. Mungkin selama ini dia menganggap dirinya sebagai beban keluarga, namun dalam konseling kelompok dia bisa berperan penting bagi orang lain. Dia dapat menolong, memberikan dukungan, keyakinan, saran-saran pada anggota lain, sehingga dapat meningkatkan harga dirinya, merasa berharga.
5. Pengulangan Korektif Keluarga Asal
Konselor, asisten konselor dan anggota kelompok dapat dipandang sebagai representasi dari keluarga asal klien. Klien seperti mengulang pengalaman masa kecilnya dalam keluarga asal. Dari sini klien akan belajar perilaku baru dalam berhubungan dengan orang lain.
6. Pengembangan Teknik Sosialisasi
Umpan balik balik dari anggota akan menolong klien untuk merubah sikapnya dalam berhubungan dengan orang lain.
7. Peniruan Perilaku
Seringkali klien memperoleh manfaat dari pengamatannya dalam proses konseling kelompok. Klien dapat mengamati dan meniru cara konselor maupun anggotalain dalam bersikap, memecahkan masalah.
8. Belajar Berhubungan dengan Pribadi Lain
Kelompok merupakan mikrokosmik sosial. Jika klien dapat berhasil berinteraksi dengan baik dalam kelompok, maka pengalaman ini dapat diharapkan untuk dilakukan di luar kelompok.
9. Rasa Kebersamaan
Rasa tertarik anggota pada kelompok dapat membuat rasa bersatu, satu anggota dengan yang lain bisa saling menerima, sehingga dapat membentuk hubungan yang berarti dalam kelompok.
10. Katarsis
Katarsis merupakan faktor penyembuh dalam konseling kelompok. Klien datang dengan penuh gejolak emosi, dalam konseling klien dapat mengekspresikannya dengan bantuan konselor maupun anggota lainnya.
11. Eksistensi
Kadang-kadang ada klien yang menganggap bahwa hidup ini tidak adil dan tidak seimbang. Klien kemudian mempertanyakan tentang hidup dan mati. Di dalamkonseling kelompok topik seperti ini dapat timbul dan didiskusikan. Tanggapan dan dukungan dari anggota lain akan sangat banyak menolong.

Tahap-tahap konseling/terapi kelompok

A. Persiapan
• Menerangkan pada calon klien tentang konseling kelompok
• Tanggungjawab klien dalam kelompok
• Keuntungan yang diperoleh bila bergabung
• Tentang hari,waktu, lama pertemuan
• Tentang kelompok tertutup dan terbuka
Setelah persiapan selesai :
1. Perkenalan diri
2. Agenda : tujuan yang akan dicapai dalam kelompok.
Ada 2 macam agenda : a. Agenda Jangka Pendek, b. Agenda jangka Panjang
3. Norma Kelompok
• Tentang kerahasiaan
• Tentang kehadiran
• Umpan balik adalah untuk kepentingan anggota lain
• Pemberian penghargaan pada apa yang telah dilakukan anggota lain
4. Penggalian Ide dan Perasaan
Sebelum pertemuan pertama berakhir perlu digali ide-ide maupun perasaan-perasaan yang muncul.Usul-usul perlu ditampung. Ini penting utnuk menjaga rasa positif anggota terhadap kelompok.
B. Transisi
Merupakan saat transisi antar awal konseling dengan konseling sesungguhnya. Di sini anggota dapat menjadi ambivalen. Dia merasa enggan harus membuka diri. Dalam keadaan demikian dibutuhkan ketrampilan sebagai ”leader”.
1. Kepekaan waktu
• Kapan harus melakukan konfrontasi
• Kapan harus memberi dukungan
• Peka terhadap kebutuhan anggota saat itu.
2. Observasi pola perilaku
• Perlu memperhatikan anggota yang selalu menyita waktu
• Anggota yang pasif
• Anggota yang selalu mencela, dsb.
3. Pengenalan suasana emosi
Suasana emosi dapat dikenal melalui reaksi pemimpin terhadap suasana di dalam kelompok. Reaksi perasaan pemimpin dapat dipakai sebgai barometer suasana emosi kelompok.
C. Kerja Kelompok
Ada interaksi dalam anggota kelompok yang ditandai dengan tingkatan moral yang tinggi dan rasa memiliki kelompok yang tinggi pula.
D. Terminasi
Di sini ada evaluasi : apa hasil yang dicapai agar ganjalan-ganjalan selama proses konseling terungkapkan.

Kelebihan konseling/terapi kelompok

• Praktis
• Anggota belajar berlatih perilakunya yang baru
• Kelompok dapat dipakai untuk belajar mengekspresikan perasaan, perhatian dan pengalaman
• Anggota belajar ketrampilan sosial, belajar berhubungan pribadi lebih mendalam
• Kesempatan dan menerima di dalam kelompok

Kelemahan konseling/terapi kelompok

• Tidak semua orang cocok dalam kelompok
• Perhatian konselor lebih menyebar
• Sulit dibina kepercayaan
• Klien mengharapkan terlalu banyak dari kelompok
• Kelompok bukan dijadikan sarana berlatih melakukan perubahan, tetapi sebagai tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar