Selasa, 04 Juni 2013

Strategi Manajemen Stres Kerja



Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus  dicoba.  Sebagian  para  pengidap  stres  di  tempat  kerja  akibat  persaingan, sering  melampiaskan  dengan  cara  bekerja  lebih  keras  yang  berlebihan.  Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara  yang  lebih  spesifik  untuk  mengatasi  stressor  tertentu,  harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan.  Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan  bekerja  dengan  baik  dalam  peranan  tertentu  karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar  tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk menibcrikan   tugas   yang   menyertakan   stress   ringan   bagi   karyawan   untuk memberikan  dorongan  bagi  karyawan,  namun  sebaliknya  itu  akan  dirasakan
sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
1.      Pendekatan Individual
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi  yang  bersifat  individual  yang  cukup  efektif  yaitu;  pengelolaan  waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan  santai.  Dan  sebagai  stratcgi  terakhir  untuk  mengurangi  stres adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2.      Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan  oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,   komunikasi   organisasional,   dan   program  kesejahteraan.   Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya  dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik   dan   mental.   Secara   umum   strategi   manajemen   stres   kerja   dapat dikelompokkan   mcnjadi   strategi   penanganan   individual,   organisasional   dan dukungan sosial   (Margiati, 1999:77-78):
Ø  Strategi Penanganan Individual yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
o   Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kogtiitif. Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan  tersebut  seharusnya  time  out  terlebih  dahulu.  Cara  time  out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke  ruang  istirahat  (jika  menyediakan),  pergi  sebentar  ke  kamar  kecil  untuk membasuh muka air dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.
o   Melakukan reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan   demikian   karyawan   yang   melakukan   relaksasi   diharapkan   dapat mentransfer   kemampuan   dalam   membangkitkan   perasaan   rileks   ke   dalam perusahaan di mana mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan adalah dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.
o   Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah mengurangi  masukan atau  konsumsi  garam  dan  makanan mengandung lemak, memperbanyak  konsumsi  makanan  yang  bervitamin  seperti  buah-buahan  dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:78).
Ø  Strategi-strategi Penanganan Organisasional. Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi dapat dilakukan dengan :
o   Menciptakan    iklim    organisasional    yang    mendukung.    Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini dapat membawa pada stres kerja  yang  sungguh-sungguh.  Sebuah  strategi  pengaturan  mungkin  membuat struktur   tebih   terdesentralisasi   dan   organik   dengan   pembuatan   keputusan partisipatif dan aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin  menciptakan  Iklim  yang  lebih  mendukung  bagi  pekerja,  memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
o   Memperkaya   desain     tugas-tugas     dengan     memperkaya     kerja   baik dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan  untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan)  atau dengan meningkatkan  karakteristik  pekerjaan pusat seperti variasi skill, identitas tugas, Signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil.
o   Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional. Konflik peran dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai sebuah penekan individual utama.  Ini  mengacu  pada  manajemen  untuk  mengurangi  konflik  dan mengklarifikasi   peran   organisasional   sehingga   penyebab   stress   ini   dapat dihilangkan  atau  dikurangi.  Masing-masing  pekerjaan  mempunyai  ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang dia kerjakan. Sebuah strategi klarifikasi peran yang spesifik memungkinkan seseorang mengambil sebuah peranan menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masing- masing   pengirim   peran.   Catatan   ini   kemudian   akan   dibandingkan   dengan ekspektansi   fokal   seseorang,   dan   banyak   perbedaan   akan   secara   terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan negoisasikan untuk memecahkan konflik.
o   Rencana dan pengembangan ja!ur karir dan menyediakan konseling. Secara tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui kepentingan dalam perencanaan karir dan pengembangan  pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk memutuskan gerakan dan slrategi karir sendiri.
Ø  Strategi Dukungan Sosial. Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar diperoleh dukungan   maksimal,   dibutuhkan   komunikasi   yang  baik  pada  semua  pihak, sehingga   dukungan   sosial   dapat   diperoleh   seperti   dikatakan   Landy  (dalam Margiati,   1999:78)   dan  Goldberger  &  Breznitz  (dalam  Margiati,  1999:78).
Karyawan dapat mengajak berbicara orang lain tentang masalah yang dihadapi, atau sctldaknya ada tempat mengadu atas keluh kesahnya (Minner dalam Margiati, 1999:78).
Ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan social (social support), meditasi (meditation), biofeedback, dan program kesehatan pribadi (personal wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith Davis & John W. Newstrom, (dalam Mangkunegara, 2002:157-158) yang mengemukakan bahwa "Four approaches that of ten involve employee and management  cooperation  for stres management  are social support, meditation, biofeedback and personal wellnes programs".
1.      Pendekatan dukungan sosial.
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bennam game, dan bercanda.
2.      Pendekatan melalui meditasi.
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran,  mengcndorkan  kerja  otot,  dan  menenangkan emosi meditasi ini dapat dilakukan selama dua periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi bias dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama Islam bias melakukannya .etelah shalat Dzuhur melalui doa dan zikir kepada Allah SWT.
3.      Pendekatan melalui biofeedback.
Pendekatan  ini  dilakukan  melalui  bimbingan  medis.  Melalui  bimbingan dokter,  psikiater,  dan  psikolog,  sehingga  diharapkan  karyawan  dapat menghilangkan stress yang dialaminya.
4.      Pendekatan kesehatan pribadi.
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur.
Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola dalam mengatasi   stres,   yaitu   pola   sehat,   pola   harmonis,   dan   pola   psikologis (Mangkunegara, 2002:158-159):
·         Pola sehat
Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok  ini biasanya  mampu mengelola  waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenamya tantangan dan tekanan cukup banyak.
·         Pola harmonis
Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dengan   pola   ini,   individu   mampu   mengendalikan   berbagai   kesibukan   dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi  tugas  secara  tepat,  dan  kalau  perlu  ia mendelegasikan  tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian,  akan  terjadi  keharmonisan  dan  keseimbangan  antara  tekanan  yang diterima  dengan  reaksi  yang  diberikan.  Demikian  juga  terhadap  keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.
·         Pola patologis.
Pola patologis  adalah pola menghadapi  stres dengan berdampak berbagai gangguan   fisik   maupun   sosial-psikologis.   Dalam   pola   ini,   individu   akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi- reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk.
Untuk menghadapi stres dengan cara sehat atau harmonis, tentu banyak hal yang dapat dikaji. Dalam menghadapi stres, dapat dilakukan dengan tiga strategi yailu, (a) memperkecil dan mengendalikan sumber-sumber stres, (b) menetralkan dampak yang ditimbulkan oleh stres, dan (c) meningkatkan daya tahan pribadi.
Dalam strategi pertama, perlu dilakukan penilaian terhadap situasi sumber- sumber  stres,  mengembangkan  -  alternatif  tindakan,  mengambil  tindakan  yang dipandang  paling  tepat,  mengambil  tindakan  yang  lebih  positif,  memaniaatkan umpan  k  dan  sebagainya.  Strategi kedua, dilakukan  dengan  mengendalikan berbagai reaksi baik jasmaniah, emosional, maupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan  diri. Dalam membentuk  mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya menangis,  menceritakan  masalah kepada orang lain,  humor  (melucu),  istirahat  dan  sebagainya.  Sedangkan  dalam  menghadapi reaksi emosional, adalah dengan mengendalikan emosi secara sadar, dan mcndapatkan dukungan sosial dari lingkungan. Strategi ketiga, dilakukan dengan memperkuat diri sendiri, yaitu dengan lebih memahami diri, memahami orang lain, mengembangkan ketrampilan pribadi, berolahraga secara teratur, beribadah, pola- pola kerja yang teralur dan disiplin, mengembangkan tujuan dan nilai-nilai yang lebih realistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar