Selasa, 04 Juni 2013

Gejala Stres Kerja



Robbins (2005), mengelompokkan gejala stres kerja ke dalam tiga aspek, yaitu:
a.   Gejala fisiologikal. Yang termasuk dalam simptom-simptom ini yaitu:
·         Sakit perut
·         Detak jantung meningkat dan sesak nafas
·         Tekanan darah meningkat
·         Sakit kepala
·         Serangan jantung
Simptom-simptom pada  fisiologkal  memang  tidak  banyak  ditampilkan, karena  menurut  Robbin  (2005)  pada  kenyataannya  selain  hal  ini  menjadi kontribusi terhadap kesukaran untuk mengukur stres kerja secara objektif. Hal yang lebih menarik lagi adalah simptom fisiologikal hanya mempunyai sedikit keterkaitan untuk mempelajari perilaku organisasi.
Berikut ini ada dua kategori simptom dari stres kerja yang lebih penting yaitu:
b.  Gejala psikologikal. Adapun simptom-simptomnya sebagai berikut:
·         Kecemasan
·         ketegangan
·         Kebosanan
·         ketidakpuasan dalam bekerja
·         irritabilitas
·         menunda-nunda
Gejala-gejala   psikis   tersebut   merupakan   gejala   yang   paling   sering dijumpai, dan diprediksikan dari terjadinya ketidakpuasan kerja. Pegawai kadang- kadang sudah berusaha untuk mengurangi gejala yang timbul, namun menemui kegagalan sehingga  menimbulkan keputusasaan yang seolah-olah terus dipelajari, yang biasanya disebut dengan learned helplessness yang dapat mengarah pada gejala depresi Bodner & Mikulineer (dalam Robbin, 2005)
c.   Gejala Perilaku. Yang termasuk dalam simptom-simptom perilaku yaitu:
·         Meningkatnya ketergantungan pada alkohol dan konsumsi rokok
·         Melakukan sabotase dalam pekerjaan
·         Makan  yang  berlebihan  ataupun  mengurangi  makan  yang  tidak  wajar sebagi perilaku menarik diri.
·         Tingkat absensi meningkat dan performansi kerja menurun
·         Gelisah dan mengalami gangguan tidur
·         Berbicara cepat.
Robbins, (2005) mengatakan bahwa gejala psikologikal akibat stres kerja adalah ketidakpuasan kerja yang lebih ditunjukkan dengan, kecemasan, ketegangan, kebosanan, irritabilitas dan menunda-nunda.
Gejala stres kerja menurut Terry B dan John N (dalam Rice, 1992), dapat dibagi dalam 3 aspek yaitu :
Gejala Psiko logis
a.       Cemas, tegang, kebingungan, dan sensitif
b.      Merasa frustasi, marah, dan kebencian
c.       Hipersensitif emosi dan hiperaktif
d.      Merasa tertindas
e.       Berkurangnya efektifitas berkomunikasi
f.       Menarik diri dan depresi
g.      Merasa terisolasi dan terasing
h.      Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
i.        Kelelahan mental dan penurunan fungsi intelektual
j.        Kehilangan konsentrasi
k.      Kehilangan spontanitas dan kreatifitas
l.        Menurunnya Self-esteem
Gejala fisiologis
a.       Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah,
b.      meningkatnya sekresi adrenalin dan nonadrenalin,
c.       gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung),
d.      mudah terluka,
e.       mudah lelah secara fisik,
f.       kematian,
g.      gangguan kardiovaskuler,
h.      gangguan pernafasan,
i.        lebih sering berkeringat,
j.        gangguan pada kulit,
k.      kepala pusing, migrain,
l.        kanker,
m.    ketegangan otot,
n.      problem tidur (sulit tidur , terlalu banyak tidur).
Gejala perilaku, meliputi :
a.       Menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas,
b.      penurunan prestasi dan produktivitas,
c.       meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk,
d.      perilaku sabotase,
e.       meningkatnya frekuensi absensi,
f.       perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan),
g.      kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan,
h.      meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi seperti berjudi,
i.        meningkatnya agresifitas, kriminalitas dan mencuri,
j.        penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta
k.      kecenderungan bunuh diri.
Carry Cooper dan Alison Straw (1995) membagi gejala stres kerja menjadi tiga yaitu :
1.   Gejala fisik
Gejala  stres menyangkut  fisik  bisa  mencakup:  nafas  memburu,  mulut  dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah.
2.   Gejala- gejala dalam wujud perilaku
Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku, mencakup:
a.       Perasaan, berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa- apa, gelisah, gagal, tak menarik, kehilangan semangat.
b.      Kesulitan dalam: berkonsentrasi, berfikir jernih, membuat keputusan.
c.       Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat terhadap orang lain.
3.   Gejala- gejala di tempat kerja
Sebagian besar waktu bagi pegawai berada di tempat kerja, dan jika dalam keadaan stres, gejala- gejala dapat mempengaruhi kita di tempat kerja, antara lain:
a.       Kepuasan kerja rendah
b.      Kinerja yang menurun
c.       Semangat dan energi hilang
d.      Komunikasi tidak lancar
e.       Pengambilan keputusan jelek
f.       Kreatifitas dan inovasi berkurang
g.      Bergulat pada tugas- tugas yang tidak produktif.
Sedangkan Cooper dan Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam pekerjaan menjadi dua, yakni:
·         Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.
·         Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar