Expectancy Theory
Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom. Kemudian
teori ini diperluas oleh Porter dan Lawler. Keith Davis (1985: 65) mengemukakan
bahwa Vroom explains that motivation is a product of how much one
wants something and one's estimate of the probability that a certain
will lead to it". Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu
produk dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang memungkinkan
aksi tertentu yang akan menuntunnya. Pernyataan di atas berhubungan dengan
rumus di bawah ini:
Valensi x Harapan x
Instrumen = Motivasi
|
Keterangan:
·
Velensi
merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai
sesuatu.
·
Harapan
merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi
tertentu
·
Motivasi
merupakan kekuatan dorongan yang mempunyai arah pada
tujuan tertentu.
·
Instrumen
merupakan insentif atau penghargaan yang akan diberikan.
Valensi lebih menguatkan pilihan seorang pegawai untuk suatu
hasil. Jika seorang pegawai mempunyai keinginan yang kuat untuk suatu kemajuan,
maka berarti valensi pegawai tersebut tinggi untuk suatu kemajuan. Valensi
timbul dari internal pegawai yang dikondisikan dengan pengalaman. Selanjutnya
Keith Davis (1985: 66) mengemukakan bahwa "Expectancy is the
strength of belief that an act will be followed by particular outcomes. It
represents employee judgement of the probability that achieving one result
will lead it another result. Since expectancy is action outcome association,
it may range from 0 to 1 . If an employee see no probability that an act
will lead to a particular outcome, then expentancy is At the other extreme,
if the action outcome relationship indicates certenly, then expentancy
has a value of one. Normally employee expentancy is somewhere
between these two extremes."
Pengharapan merupakan kekuatan keyakinan pada suatu perlakuan yang
diikuti dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan pegawai yang
memungkinkan mencapai suatu hasil dapat menuntun hasil lainnya. Pengharapan
merupakan suatu aksi yang berhubungan dengan hasil, dari range 0-1. Jika
pegawai merasa tidak mungkin mendapatkan hasil maka harapannya adalah 0. Jika aksinya
berhubungan dengan hasil tertentu maka harapannya bernilai 1. Harapan pegawai
secara normal adalah di antara 0-1. Untuk lebih jelasnya, pelaksanaan teori
harapan ini dapat diperhatikan pada bagan berikut:
Keterangan:
Produk dari valensi dan harapan adalah motivasi yang meningkatkan dorongan
dalam diri pegawai untuk melakukan aksi dalam mencapai tujuannya. Aksinya dapat
dilakukan pegawai dengan cara berusaha lebih besar atau mengikuti kursus
pelatihan. Hasil yang akan dicapai secara primer adalah promosi jabatan dan
gaji lebih tinggi. Hasil sekundernya, antara lain status menjadi lebih tinggi,
pengenalan kembali, keputusan pembelian produk, dan pelayanan keinginan
keluarga. Dengan demikian, lebih besar dorongan pegawai dalam mencapai
kepuasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar