Selasa, 29 April 2014

Kartini Masa Kini, Kartini di Era Globalisasi



Jika dimasa lalu salah satu pahlawan wanita Indonesia yakni R.A Kartini dengan susah payah memperjuangkan kesamaan hak bagi wanita untuk mendapatkan kesamaan dalam hal pendidikan, lalu apa yang terjadi dengan Kartini masa kini???
Yap, memang perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh ibu kita Kartini tidaklah sia-sia, hal itu terbukti dengan adanya UU No. 20 tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional’ dimana setiap warga negara memperoleh hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Karena dengan pendidikan, maka kemampuan serta mutu kehidupan dan martabat manusia akan meningkat. Kini kaum wanita bisa menempuh jenjang pendidikan hingga ke perguruan tinggi (asalkan ada kemauan dan biaya) bahkan tidak sedikit wanita Indonesia yang telah mendapat gelar professor baik dari universitas dalam dan luar negeri, sebagai contoh alm Prof. Zakiah Daradjat, wanita yang sangat peduli di bidang pendidikan.
Namun jika kita telisik lebih dalam perjuangan Kartini belumlah selesai. Jika dahulu Kartini menghadapi stereotype masyarakat Indonesia yang mengganggap derajat wanita tidak lebih tinggi dibandingkan laki-laki, maka Kartini masa kini harus menghadapi arus globalisasi yang menuntut para wanita untuk turut mengambil peran sebagai pencari nafkah kedua setelah laki-laki / suami demi mencapai income keluarga yang ideal. Dengan berat hati para Kartini harus menginggalkan rumah, anak, dan keluarga dari pagi hingga petang untuk bekerja. Hal tersebut dilakukan oleh banyak wanita bukan tanpa alasan tentunya, kebutuhan hidup yang semakin meningkat, ditambah harga kebutuhan pokok, biaya kesehatan, dan biaya pendidikan yang tidak murah mungkin menjadi beberapa alasan para Kartini, sehingga si hati mulia ini tergerak untuk mengambil peran sebagai breadwinner.
Pilihan para Kartini untuk mengambil peran sebagai breadwinner tentu bukan tanpa resiko, banyak para wanita yang terjebak dalam dunia kerjanya sehingga tidak lagi mementingkan anak dan suami. Urusan keluarga menjadi prioritas kedua setelah urusan kerja, bahkan pendidikan anak pada usia dini pun harus diserahkan kepada lembaga formal karena tidak punya waktu untuk membimbing anak bersosialisasi. Tentunya hal tersebut bertentangan dengan emansipasi yang R.A Kartini perjuangkan. Karena emansipasi bukan berfungsi untuk menjadikan wanita sebagai pekerja yang lupa akan keluarganya, tetapi untuk mengangkat kaum wanita sehingga bisa menjadi pendidik terbaik bagi keluarganya. Semoga artikel ini bisa menjadi renungan bagi kita sebagai Kartini masa kini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar