Selasa, 29 April 2014

Cerpen: Indonesian vs Japanese

Dear Girls,

Kali ini aku mau share cerpen masa-masa SMP dulu...
Udah lama banget, tapi dulu waktu smp aku emang suka banget nulis cerpen fiksi tapi udah gak tau kemana tuh cerpen-cerpennya sekarang. Okay buat anak SMP atau SMA yang suka baca cerpen, silahkan baca cerpen karyaku ini.

Indonesian vs Japanese

Pagi itu Rara melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Memang suasana sekolah masih terlihat sepi, karena jam baru menujukan pukul 06.30. di sana hanya terlihat beberapa siswa yang sedang memarkirkan motornya. Ia berjalan menyusuri lorong dan menuju ke kelas namun langkah kakiya terheti ketika ada sorang yang memanggilnya dari belakang.

”Rara...Rara...!” terdengar suara teriakan dari belakang disertai bunyi langkah kaki yang sedang berlari. Teriakan itu terdengar familiar di kuping Rara. ”Ika...!” Rara membalikkan badannya dan mendapati seorang wanita yang mengenakan seragam sekolah dan jaket. Rambutnya panjang sebahu namun potongannya terlihat tak beraturan. Wajahnya terlihat bersinar ketika sinar matahari dari jendela mangenainya.

Gadis itu manghentikan langkah kakinya tepat di depan Rara. ”Tumben Bu, jam segini udah dateng?”

”Dasar Ika, mentang-mentang gue sering telat, loe jadi ngeledekin gue terus deh!”

”Sorry deh!becanda kali...!” Ika merangkulkan tangannya ke bahu sahabatnya itu. Walaupun meraka sering beda pendapat namun mereka tetap kompak dan bersahabat sedari SMP.

Ika adalah adalah gadis bermur 16 tahun yang sangat meyukai semua kebudayaan Jepang, dari mulai harazuku style hingga ke makanan Jepang ia sukai,tak heran jika potongan rambutnya terlihat tak karuan. Berbeda dengan Rara, gadis ini bersifat netral, care, dan penyayang. Rambutnya lurus sebahu dan sering ia kuncir ketika berada di sekolah.

”Eh kok si Sisca belum dateng ya? Biasanya jam segini dia udah nongol!“ kata Ika sambil meletakkan tasnya di atas meja.

”Ga tau deh! Kena macet kali tuh bocah!” jawab Rara sekenanya. ”Emangnya kenpa? Loe kangen ma dia?” ledek Rara.

”Enak aza, siapa juga yang kangen ma Nyai ronggeng! Ga banget deh!” sangkal Ika.

Tiba-tiba terdengar suara dari depan kelas. ”Hai semua...!” Ika dan Rara menengok ke arah depan kelas.

”Nah itu dia si Siska!” kata Rara sambil tersenyum ke arah Ika.

”Kenapa? Kalian pada kangen ya ma gue!” kata Siska sambil berjalan ke arah Ika dan Rara kemudian menaruh tasnya di atas meja.

”Ih ga banget deh!” Ika menggelengkan kepalanya.

”Eh gue ke kamar mandi dulu yah!” kata siska.

”Ya udah sono!” Jawab Ika cuek.

Diantara ketiga orang sahabat itu, Siskalah yang paling childish, namun di balik sifatnya itu, ia juga emm... bisa di bilang memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi. Ketika Ika sedang sibuk dengan harazuku stylenya, namun Siska tetap tidak bergeming, ia lebih suka menjadi orang Indonesia tulen yang tetap melestarikan kebudayaannya. Tak heran jika kini ia menjadi ketua ekskul tari tradisional, baginya Indonesia tetap menjadi hal yang menarik untuk di eksplore oleh para remaja zaman sekarang. Bahkan saat pelajaran bahasa asing seperti bahasa inggris dan bahasa prancis Siska tidak pernah terlihat antusias, bahkan cenderung tidak menyukainya, tapi ketika pelajaran bahasa indonesia ia sangat antusias, apalagi pelajaran bahasa sunda, maklum Siska memang orang asli Bandung jadi ia sudah terbiasa berbahasa sunda. Pernah suatu kali teman-temannya mengajak berlibur ke Bali, tetapi dengan tegas ia menolak karena baginya di Bali tidak ada hal yang menarik karena di sana hampir kebarat-baratan, ia lebih suka berlibur ke Jogjakarta yang syarat akan tradisi walau zaman sudah berganti.

”Ra, loe jadi ikut kan?” Tanya Ika.

”Ikut apaan?”

”Ih gimana seh loe, kan bakal ada acara di hard rock caffe. Mcnya Bari loh!” Ika mengingatkan Rara.

”Oh iya bener juga ya! Pasti acaranya seru banget deh!”

”Pasti dunk! Udah gitu entar ada J-Rock juga loh! O ya, ne gue udah beliin tiket buat loe!” Ika mengeluarkan 2 tiket dari dalam tasnya lalu menunjukkan kepada Rara. ”Limited edition neh, soalnya dimana-mana tiketnya udah pada abis. Tapi untung aza gue kenal sama panitianya, jadi bisa beli deh, udah gitu dapet diskon lagi!”

”Thanks ya. Loe baik banget seh! Gue jadi terharu!” kata Rara sambil memeluk Ika.

”Sama-sama!” Ika melepaskan pelukan Rara.

Memang suasana disini tiaba-tiba berubah menjadi haru dan sangat menyentuh hati.

”By the way, emang acaranya kapan?” Tanya Rara antusias.

“Besok, hari minggu siang!”

Seketika itu juga Rara pun kaget. Ia langsung teringat akan kejadian 2 hari yang lalu sewaktu sedang duduk di kantin barsama Siska.

”Ra, gue punya sesuatu buat loe!” Kata Siska.

”Apaan?”

”Pasti hadiah deh!”

”Ya iyalah masa kodok! Tapi hadiahnya tebak dulu!”

”Duit!”

”Bukan!”

”Pulsa!”

”Bukan! Ih jawaban loe gak penting banget seh!”

”Trus apaan dunk??”

”Taraaamm...!” Siska mengeluarkan dua helai kartas.

”Apaan neh?” Rara mengambil nya dari tangan Siska. ”Pameran budaya Indonesia!”

”Yup, bener banget tuh! Gue dapet tiket gratis plus voucher belanja disana! Gimana keren kan? Pokoknya loe harus ikut nemenin gue! Awas loh kalau ga ikut! Gue bakal kecewa bangetdan gue gak mau lagi jadi temen loe! Inget ya hari minggu ini, gue jempu loe tepat di depan rumah loe, jam 09.00 pagi!”

Kejadian itulah yang membuat Rara shock, apalagi ketika mendengar kata ”hari minggu”. Ia benar-benar gak tau harus bagaimana lagi. Ia sama sekali tdak bisa memilih, apakah harus pergi bersama Ika atau Siska. Bahkan ia tidak sanggup membayangkan betapa kecewanya Ika jika ia memilih pergi bersama Siska, dan sebaliknya Siska pasti akan kecewa sekali jika ia memilih bersama Ika, apalagi kedua acara tersebut merupakan acara yang sanagt dinantikan oleh kedua sahabatnya itu. Rasanya Rara ingin lari dari kenyataan, ia tak mampu lagi berfikir. Rara merasa kepalanya pusing sekali.

Lima menit kemudian Ika mendapati Rara jatuh pingsan, dan Ika pun langsung menolongnya dengan dibantu teman sekelasnya.

Tiga puluh menit kemudian, Rara mendapati dirinya sudah terbaring di UKS, itupun setelah ia mencium bau minyak kayu putih yang sangat menyengat di hidungnya.

”Ra, loe ga papa kan?” Ika khawatir.

Rara menggangguk.

”Duh kok bisa kayak gini seh? Kenapa? Loe belum sarapan yah? Kasian banget seh teman gue ne!”

Rara tersenyum. ”Ika, Siska, ada yang mau gue omongin sama kalian berdua!”

”Apa!” Kata Siska dan Ika kompak dengan penuh penasaran.

”emm..., sebelumnya gue minta maaf, kayaknya besok gue gak bisa nemenin kalian berdua deh, soalnya kan gue lagi kurang enak badan jadi gue mau istirahat di rumah. Ga papa kan?”

”Ya ga papa lah, kan loe lagi sakit, jadi harus banyak istirahat, iya kan Sis?”

”Iya bener, lagian nanti gue minta anter yang lain aza!”

”Trus kalo loe gimana Ka?”

”Emm..., gue mau ikut sama Siska aza deh! Sekali-kali dateng ke acara Indonesia ga papa kan! Lagian kan lumayan bisa belanja gratis! Nanti tiket ke hard rocknya gue jual aza ke Andre, soalnya di pengen banget dateng ke acara itu sama ceweknya!”

”Duh gue jadi tambah sayang sama kalian! Kalian baik banget seh!” Kata Rara sambil merangkul Ika dan Siska.

Dan mereka pun tertawa bahagia.

*finish*



-dara ainy-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar