Robbins (2005), mengelompokkan gejala stres kerja ke dalam
tiga aspek, yaitu:
a. Gejala
fisiologikal. Yang termasuk dalam simptom-simptom ini yaitu:
·
Sakit perut
·
Detak jantung
meningkat dan sesak nafas
·
Tekanan darah
meningkat
·
Sakit kepala
·
Serangan jantung
Simptom-simptom pada fisiologkal memang
tidak banyak ditampilkan, karena menurut
Robbin (2005) pada
kenyataannya selain hal
ini menjadi kontribusi terhadap
kesukaran untuk mengukur stres kerja secara objektif. Hal yang lebih menarik
lagi adalah simptom fisiologikal hanya mempunyai sedikit keterkaitan untuk
mempelajari perilaku organisasi.
Berikut ini ada dua kategori simptom dari stres kerja yang
lebih penting yaitu:
b. Gejala
psikologikal. Adapun simptom-simptomnya sebagai berikut:
·
Kecemasan
·
ketegangan
·
Kebosanan
·
ketidakpuasan dalam
bekerja
·
irritabilitas
·
menunda-nunda
Gejala-gejala
psikis tersebut merupakan
gejala yang paling
sering dijumpai, dan diprediksikan dari terjadinya ketidakpuasan kerja.
Pegawai kadang- kadang sudah berusaha untuk mengurangi gejala yang timbul,
namun menemui kegagalan sehingga
menimbulkan keputusasaan yang seolah-olah terus dipelajari, yang
biasanya disebut dengan learned helplessness yang dapat mengarah pada gejala
depresi Bodner & Mikulineer (dalam Robbin, 2005)
c. Gejala Perilaku.
Yang termasuk dalam simptom-simptom perilaku yaitu:
·
Meningkatnya
ketergantungan pada alkohol dan konsumsi rokok
·
Melakukan sabotase
dalam pekerjaan
·
Makan yang
berlebihan ataupun mengurangi
makan yang tidak
wajar sebagi perilaku menarik diri.
·
Tingkat absensi
meningkat dan performansi kerja menurun
·
Gelisah dan mengalami
gangguan tidur
·
Berbicara cepat.
Robbins, (2005) mengatakan bahwa gejala psikologikal akibat
stres kerja adalah ketidakpuasan kerja yang lebih ditunjukkan dengan,
kecemasan, ketegangan, kebosanan, irritabilitas dan menunda-nunda.
Gejala stres kerja menurut Terry B dan John N (dalam Rice,
1992), dapat dibagi dalam 3 aspek yaitu :
Gejala Psiko logis
a. Cemas,
tegang, kebingungan, dan sensitif
b. Merasa
frustasi, marah, dan kebencian
c. Hipersensitif
emosi dan hiperaktif
d. Merasa
tertindas
e. Berkurangnya
efektifitas berkomunikasi
f. Menarik
diri dan depresi
g. Merasa
terisolasi dan terasing
h. Kebosanan
dan ketidakpuasan kerja
i.
Kelelahan mental dan
penurunan fungsi intelektual
j.
Kehilangan konsentrasi
k. Kehilangan
spontanitas dan kreatifitas
l.
Menurunnya Self-esteem
Gejala fisiologis
a. Meningkatnya
detak jantung dan tekanan darah,
b. meningkatnya
sekresi adrenalin dan nonadrenalin,
c. gangguan
gastrointestinal (misalnya gangguan lambung),
d. mudah
terluka,
e. mudah
lelah secara fisik,
f. kematian,
g. gangguan
kardiovaskuler,
h. gangguan
pernafasan,
i.
lebih sering
berkeringat,
j.
gangguan pada kulit,
k. kepala
pusing, migrain,
l.
kanker,
m. ketegangan
otot,
n. problem
tidur (sulit tidur , terlalu banyak tidur).
Gejala perilaku, meliputi :
a. Menunda
atau menghindari pekerjaan atau tugas,
b. penurunan
prestasi dan produktivitas,
c. meningkatnya
penggunaan minuman keras dan mabuk,
d. perilaku
sabotase,
e. meningkatnya
frekuensi absensi,
f. perilaku
makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan),
g. kehilangan
nafsu makan dan penurunan drastis berat badan,
h. meningkatnya
kecenderungan perilaku beresiko tinggi seperti berjudi,
i.
meningkatnya
agresifitas, kriminalitas dan mencuri,
j.
penurunan kualitas
hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta
k. kecenderungan
bunuh diri.
Carry Cooper dan Alison Straw (1995) membagi gejala stres
kerja menjadi tiga yaitu :
1. Gejala fisik
Gejala stres
menyangkut fisik bisa
mencakup: nafas memburu,
mulut dan kerongkongan kering,
tangan lembab, merasa panas, otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih
yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah.
2. Gejala- gejala
dalam wujud perilaku
Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku,
mencakup:
a. Perasaan,
berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak mampu
berbuat apa- apa, gelisah, gagal, tak menarik, kehilangan semangat.
b. Kesulitan
dalam: berkonsentrasi, berfikir jernih, membuat keputusan.
c. Hilangnya:
kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat terhadap orang lain.
3. Gejala- gejala di
tempat kerja
Sebagian besar waktu bagi pegawai berada di tempat kerja,
dan jika dalam keadaan stres, gejala- gejala dapat mempengaruhi kita di tempat
kerja, antara lain:
a. Kepuasan
kerja rendah
b. Kinerja
yang menurun
c. Semangat
dan energi hilang
d. Komunikasi
tidak lancar
e. Pengambilan
keputusan jelek
f. Kreatifitas
dan inovasi berkurang
g. Bergulat
pada tugas- tugas yang tidak produktif.
Sedangkan Cooper dan
Davidson (1991) membagi penyebab stres dalam pekerjaan menjadi dua, yakni:
·
Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun
keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan,
konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial
dari sesama karyawan di dalam perusahaan.
·
Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri
individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat
kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam
menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar