Rabu, 18 Januari 2012

Teori Belajar Behaviorisme


Teori Belajar Behaviorisme
Oleh Dara Ainy

Behavior merupakan salah satu mahzab dalam psikologi, mahzab ini telah ada sejak lama dan hingga kini masih diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.Dalam tulisan kali ini saya akan membahas mengenai teori belajar dari sudut pandang behavior.
Dari sudut pandang behaviorisme learning is a relatively enduring change in observable behavior that occurs as a result of experience. Dari pengertian ini mencakup 3 hal penting yakni;
·         Relatively enduring atau relatif menetap yang bersifat temporal.
·         Observable behavior yakni perilaku yang dapat teramati, disini proses kognitif tidak termasuk kedalamnya.
·         Result of experience atau hasil dari pengalaman, dimana perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar dipengaruhi oleh lingkungan.
Sementara itu dalam teori belajar behaviorisme terdapat 3 jenis yaitu:
·         Contiguity. Belajar yang terjadi melalui contiguity atau pasangan sederhana dari Stimulus dan Respon, sehingga berulangkali terjadi secara bersamaan. Sebagai contoh Jika seseorang bertanya “7 X 5 =…..” Anda akan segera menjawab“35”
·         Cllassical Conditioning. Yaitu suatu bentuk belajar di mana individu belajar untuk memproduksi respon emosional atau fisiologis yang tidak disengaja yang sama  dengan respon reflek (instintive or reflekive response). Contoh: seorang siswa gagal dalam kuis IPA, lalu dia merasa kecewa dan cemas.  Sehingga dikemudian hari dia merasa cemas lagi pada kuis berikutnya
·         Operant conditioning. Merupakan suatu bentuk belajar dimana sebuah  respon berubah dalam frekuensi dan waktu sebagai hasil dari konsekuensi. Menurut aliran ini, konsekuensi dari perilaku terbagi menjadi dua, yaitu reinforcement dan punishment. Reaksi siswa lebih dikontrol oleh konsekuensi suatu perilaku dari pada oleh kejadian yang mendahuluinya. Contoh: Pujian guru setelah siswa mengerjakan tugas dengan benar merupakan reinforcement atau memberikan punishment dengan menyuruh membersihkan kelas ketika siswa menggangu teman sekelasnya yang sedang belajar.
Teori belajar behaviorisme mudah untuk diterapkan, namun tidak terlepas dari kritik diantaranya siswa bersifat pasif, behaviorisme tidak bisa menjelaskan higher-order functions, seperti bahasa dan juga behaviorism lebih berperan sebagai sebuah alat untuk mengontrol siswa dari pada membantu siswa untuk belajar mengontrol perilakunya sendiri.
Secara umum tanpa kita sadari atau tidak teori belajar behaviorisme ini sering kita gunakan dalam proses belajar-mengajar. Semoga setelah mengetahui seperti apa teori belajar behaviorisme ini kita dapat mengaplikasikannya dalam situasi dan kondisi tertentu yang sekiranya tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar