Jika dimasa
lalu salah satu pahlawan wanita Indonesia yakni R.A Kartini dengan susah payah
memperjuangkan kesamaan hak bagi wanita untuk mendapatkan kesamaan dalam hal
pendidikan, lalu apa yang terjadi dengan Kartini masa kini???
Yap, memang
perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh ibu kita Kartini tidaklah
sia-sia, hal itu terbukti dengan adanya UU No. 20 tahun 2003 tentang “Sistem
Pendidikan Nasional’ dimana setiap warga negara memperoleh hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Karena dengan pendidikan, maka kemampuan
serta mutu kehidupan dan martabat manusia akan meningkat. Kini kaum wanita bisa
menempuh jenjang pendidikan hingga ke perguruan tinggi (asalkan ada kemauan dan
biaya) bahkan tidak sedikit wanita Indonesia yang telah mendapat gelar
professor baik dari universitas dalam dan luar negeri, sebagai contoh alm Prof.
Zakiah Daradjat, wanita yang sangat peduli di bidang pendidikan.
Namun jika kita
telisik lebih dalam perjuangan Kartini belumlah selesai. Jika dahulu Kartini
menghadapi stereotype masyarakat
Indonesia yang mengganggap derajat wanita tidak lebih tinggi dibandingkan
laki-laki, maka Kartini masa kini harus menghadapi arus globalisasi yang
menuntut para wanita untuk turut mengambil peran sebagai pencari nafkah kedua
setelah laki-laki / suami demi mencapai income
keluarga yang ideal. Dengan berat hati para Kartini harus menginggalkan rumah,
anak, dan keluarga dari pagi hingga petang untuk bekerja. Hal tersebut
dilakukan oleh banyak wanita bukan tanpa alasan tentunya, kebutuhan hidup yang
semakin meningkat, ditambah harga kebutuhan pokok, biaya kesehatan, dan biaya
pendidikan yang tidak murah mungkin menjadi beberapa alasan para Kartini,
sehingga si hati mulia ini tergerak untuk mengambil peran sebagai breadwinner.
Pilihan para
Kartini untuk mengambil peran sebagai breadwinner
tentu bukan tanpa resiko, banyak para wanita yang terjebak dalam dunia
kerjanya sehingga tidak lagi mementingkan anak dan suami. Urusan keluarga
menjadi prioritas kedua setelah urusan kerja, bahkan pendidikan anak pada usia
dini pun harus diserahkan kepada lembaga
formal karena tidak punya waktu untuk membimbing anak bersosialisasi.
Tentunya hal tersebut bertentangan dengan emansipasi yang R.A Kartini perjuangkan.
Karena emansipasi bukan berfungsi untuk menjadikan wanita sebagai pekerja yang
lupa akan keluarganya, tetapi untuk mengangkat kaum wanita sehingga bisa
menjadi pendidik terbaik bagi keluarganya. Semoga artikel ini bisa menjadi
renungan bagi kita sebagai Kartini masa kini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar